Tuesday, March 24, 2015

Monjali, Monumen Jogja Kembali


Pernah mencoba mencari tahu tentang sejarah di Indonesia selain mendapatinya di bangku sekolah? Monjali (Monumen Jogja Kembali) sebagai salah satu tempat yang mungkin bisa menjadi alternative anda. Betapa tidak, Monjali merupakan sebuah monumen yang didirikan pada tanggal 29 Juni 1985, yang terletak di Ring Road Utara, Yogyakarta. Monjali sebagai sebuah monument yang digunakan untuk mengenang beberapa sejarah di Indonesia, terutama Yogyakarta. Penamaan Yogya Kembali dikarenakan mengingat adanya peristiwa sejarah ditariknya tentara penduduk Belanda dari Ibukota Yogyakarta. Sekaligus menandakan bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintah Belanda.

Monumen yang disertai museum ini tidak hanya dinikmati oleh pengunjung-pengunjung yang ingin melihat museum, tapi juga dimanfaatkan oleh siswa-siswa melakukan aktifitas MOS (Masa Orientasi Siswa). Selain itu, terdapat juga arena bermain untuk anak-anak sehingga setelah cukup puas mengunjungi bagian dalam Monumen ini, anak-anak dapat bermain di bagianluar atau pelataran Monjali.

Dengan membayar biaya tiket sekitar 7ribu perorang, kita bisa menikmati berbagai peninggalan sejarah Indonesia, khususnya Yogyakarta. Terdapat beberapa bagian ruang “pamer” disini, tidak ditentukan harus menikmati dari ruang bagian mana terlebih dahulu. Karena, ruangan-ruangan ini terletak berbeda tingkat. Pada lantai satu, disini terdapat empat ruang museum yang menyajikan benda koleksi, diantaranya Realia, Replika, Foto, Dokumen dan berbagai senjata serta Evokatif Dapur Umum.

Sembari menikmati dan membaca beberapa keterangan disetiap lorong museum. Para wisatawan serta pelajar yang datang berkunjung, akan ditemani oleh beberapa lagu kebangsaan Indonesia. Hal ini sengaja untuk diputarkan, mengingat tempat ini dipenuhi oleh beberapa koleksi sejarah. Sehingga, dimaksudkan agar para pengunjung (wisatawan) bisa merasakan getirnya perjuangan.

Sebelum masuk diruangan yang disebut “Ruang Diorama”, diluar bangunan terdapat relief yang melindungi tubuh monument. Disajikan 40 buah relief Perjuangan Fisik dan Diplomasi Perjuangan Bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949.

Ruang Diorama, sebuah ruangan yang terdapat beberapa patung yang dibuat “life size” atas beberapa peristiwa sejak tanggal 19 Desember hingga 17 Agustus 1949. Terlihat seperti nyata, dan membuat bulu kuduk merinding saat berada diruangan ini. Betapa tidak, masih seperti saat di lantai I, disini diputar langsung suara disetiap peristiwa. Semisal, saat penarikan Belanda dari Yogyakarta 29 Juni 1949. Dan juga, terdapat Diorama pada tanggal 17 Agustus 1945, disaat dikibarkannya bendera Indonesia, sebagai penanda Indonesia telah merdeka.Berlanjut pada tingkat ketiga, disini merupakan ruang hening. Hanya terdapat sebuah tiang beserta bendera, dan juga sebuah relief berupa tangan memegang bamboo runcing. Sebagai ruang henigng, diharapkan bagi para pengunjung untuk mengheningkan cipta sesaat menghargai para pejuang yang telah gugur. Namun sayang, saat saya memasukin ruang ini, saya tidak mendapati sebuah keheningan. Karena, siswa yang sedang “study tour” justru bermain dan membuat ruangan ini lumayan berisik. Memang terdapat sebuah tulisan bahwa ruang ini juga bisa digunakan sebagai arena bermain anak, karena adanya gema yang ditimbulkan sehingga membuat ketertarikan bagi para siswa


Ya, dari melihat-lihat Monumen ini, saya bisa melihat langsung dan merasakan bagaimana desir jiwa juang mereka yang telah gugur. Hal ini dibuktikan dari setiap saya melewati beberapa koleksi, bulu kuduk saya merinding. Jika tidak ada Monumen ini, mungkin saja generasi muda tidak akan bisa mengetahui mengenai sejarah.

0 comments: